Posted on Leave a comment

Muhammad al-Fatih, Penakluk Konstantinopel

Muhammad al-Fatih, Penakluk Konstantinopel

Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad.
Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Binzantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.
Karakter Pemimpin Yang Ditanamkan Sejak Kecil
Muhammad al-Fatih dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah Utsmaniyah.
Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anaknya. Ia menempa buah hatinya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan pemahaman Islam yang benar.
Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.
Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.

Tanduk Emas atau Golden Horn, di Istanbul, Turki.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.
Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.
Apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tentu saja bertentangan dengan syariat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ.
“… Ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kamu telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah, tetapi janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, karena aku benar-benar melarang kamu melakukan perbuatan itu.” (HR. HR. Muslim no.532)
Kekeliruan yang dilakukan oleh Sultan Muhammad tidak serta-merta membuat kita menafikan jasa-jasanya yang sangat besar. Semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekhilafannya beliau rahimahullah.
Setelah itu rentetat penaklukkan strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad al-Fatih; ia membawa pasukannya menkalukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil, dll. bahkan ia telah mempersiapkan pasukan dan mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan Romawi di Italia, akan tetapi kematian telah menghalanginya untuk mewujudkan hal itu.
Peradaban Yang Dibangun Pada Masanya
Selain terkenal sebagai jenderal perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan lainnya, Muhammad al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.
Sultan Muhammad juga membangun lebih dari 300 masjid, 57 sekolah, dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub al-Anshari
Wafatnya Sang Penakluk
Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun. Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya, Allahu a’lam.
Tidak ada keterangan yang bisa dijadikan sandaran kemana Sultan Muhammad II hendak membawa pasukannya. Ada yang mengatakan beliau hendak menuju Itali untuk menaklukkan Roma ada juga yang mengatakan menuju Prancis atau Spanyol.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.
Semoga Allah membalas jasa-jasamu wahai Sultan Muhammad al-Fatih…
Sumber: islamstory.com

Read more https://kisahmuslim.com/4287-muhammad-al-fatih-penakluk-konstantinopel.html

Posted on Leave a comment

Fahreddin Pasha Perwira Khilafah Utsmani (1868-1948): Menjaga Tanah Suci Madinah dengan Penuh Amanah

Fahreddin Pasha Perwira Khilafah Utsmani (1868-1948): Menjaga Tanah Suci Madinah dengan Penuh Amanah
Feature Sosok 23/01/2018 0 296

Salah seorang tokoh terpenting di masa-masa akhir Khilafah Utsmani adalah Fahreddin Pasha. Ia membela mati-matian Tanah Suci dari separatisme (bughat) yang dilakukan oleh Syarif Mekah (Gubernur Makkah) Hussein bin Ali.
Süleyman Beyoğlu menulis sebuah disertasi doktor yang penting tentang Fahreddin Pasha berdasarkan sumber-sumber arsip. Birol Ülker juga menjelaskan tentang pembelaan Fahreddin Pasha atas Madinah dan kisah makan belalang di salah satu artikelnya.
Menjaga Madinah
Setelah Bin Ali mulai mempersiapkan pemberontakan, Fahreddin Pasha dikirim ke Kota Suci Madinah pada 28 Mei 1916. Fahreddin Pasha sampai di Madinah sebelum para pemberontak tiba dan mengambil tindakan defensif di sana.
Bin Ali menghancurkan jalur kereta api dan telegraf di sekitar Madinah pada 3 Juni. Meskipun dia menyerang pos terdepan Madinah pada 5-6 Juni, pasukannya dihalau. Ketika Fahreddin Pasha membela Madinah, hal pertama yang dia lakukan adalah mengirimkan peninggalan-peninggalan suci di kota itu dan beberapa manuskrip ke Istanbul sehingga musuh tidak akan merampas benda-benda itu. Sebagian besar manuskrip ini telah dikirim oleh administrator Khilafah Utsmani ke perpustakaan di Madinah. Sekitar 500 manuskrip saat ini disimpan di Perpustakaan Madinah Istana Topkapi, Turki.
Selama berada di Madinah, Fahreddin Pasha memiliki hubungan dekat dengan orang-orang Arab di wilayah tersebut dan melayani mereka. Namun, Makkah dikuasai oleh pemberontak akibat pemberontakan yang meningkat karena ketidakmampuan Gubernur Galib Pasha. Selain itu, pemberontak menguasai kota-kota di luar Madinah dalam waktu singkat. Fahreddin Pasha, di sisi lain, terus membela kota itu meski memiliki sarana terbatas.
Belalang Goreng
Benteng Madinah dikepung setelah dirampas oleh pemberontak dari Stasiun Mudawwara di jalan kereta api Hijaz dekat Makkah. Jadi, Fahreddin Pasha mulai membela benteng tersebut, yang terputus dari lingkungannya di tengah padang pasir. Karena pasukannya tidak dapat menerima bantuan, mereka mulai menderita kelaparan, haus dan penyakit.
Mengamati kondisi ini, Fahreddin Pasha mengeluarkan sebuah komunike pada 7 Juni 1918, tentang kebolehan memakan belalang:
“Apa yang berbeda dari seekor burung gereja dengan belalang? (Belalang) tidak berbulu, tapi sayapnya seperti burung gereja dan lalat juga seperti itu, memakan tanaman, memakan benda-benda bersih dan segar, dan memakan tembakau dan lemon. Makanan orang Badui adalah belalang, dan mereka bisa menjaga kesehatan dan kebugaran mereka berkat belalang yang mereka makan.”
Fahreddin Pasha meminta para dokter menganalisis belalang, dan menggambarkan makanan belalang yang disiapkan dengan empat cara berbeda setelah dia memuji karakteristik makhluk itu.
Sementara itu, Khilafah Utsmani yang menerima kekalahan, menandatangani gencatan senjata Mudros pada 30 Oktober 1918. Namun Fahreddin Pasha tidak menerima gencatan senjata itu. Dia mengabaikan perjanjian Mudros dengan tetap berperang mempertahankan Madinah. Selang 72 hari kemudian, Istanbul (ibukota Khilafah Utsmani) mengungsikan dan menggantikannya dengan Kolonel Ali Najib yang melakukan negosiasi saat menyerah. Namun, Inggris dan pemberontak menjadikan penyerahan Fahreddin Pasha sebagai sebuah syarat.
Kemudian, Ali Najib setuju dengan Inggris untuk menyerahkan Fahreddin Pasha. Ali Najib dan rombongannya pergi ke Fahreddin Pasha, yang tidak mau menyerah, di suatu tempat dekat makam Nabi Muhammad SAW.
Fahreddin Pasha mengira bahwa mereka datang untuk bertanya kepadanya bagaimana keadaannya, tapi Ali Najib malah melemparkan abu ke wajahnya, mengikatnya dan menyerahkannya ke Inggris pada 10 Januari 1919. Fahreddin Pasha mengatakan bahwa insiden ini adalah hari paling menyakitkan dalam hidupnya.
Riwayat Singkat
Pembela Madinah yang bernama asli Ömer Fahreddin, lahir tahun 1868 di Ruse, di Bulgaria modern. Setelah lulus dari sekolah militer pada tahun 1891, dia bergabung dengan tentara Khilafah Utsmani sebagai kapten. Dia bertugas di berbagai bidang selama Perang Balkan dan Perang Dunia I.
Kepahlawanannya diakui pula oleh penjajah, sehingga Inggris pun menjulukinya Tiger of the Desert (Harimau Gurun). Pada 27 Januari 1919, dia dibawa ke Mesir sebagai tawanan perang. Pada 5 Agustus 1919, dia diasingkan ke Malta dan ditahan selama 2 tahun 33 hari.
Selama ditahan di pengasingan, dia menolak untuk melepaskan seragam tentara Khilafah Utsmaninya, dengan mengatakan: “Saya belum pernah melepaskan seragam sejak saya lulus dari sekolah militer.” Sementara di pengasingan, dia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Nemrud Mustafa, yang didirikan oleh pasukan pendudukan.
Namun ia berhasil lolos setelah diselamatkan oleh pemerintah bughat pimpinan Kemal Pasha laknatullah (dua tahun sebelum Kemal Pasha membubarkan Khilafah Utsmani).
Setelah bertugas di Rusia untuk sementara waktu, Fahreddin kembali ke Anatolia. Pada 9 November 1921, Fahreddin diangkat menjadi Duta Besar Turki di Afghanistan (yang sebelumnya bagian dari Khilafah Islam juga) dan meningkatkan persahabatan Afghanistan-Turki selama masa tugasnya.
Dia kembali ke Turki pada 12 Mei 1926, dan bekerja di Pengadilan Banding Militer. Pada 5 Februari 1936, dia pensiun sebagai jenderal besar dan meninggal karena serangan jantung pada 22 November 1948. Dia dimakamkan di Pemakaman Aşiyan.
Tak Mau Menyerah
Sebelum pengepungan benteng Madinah dimulai, Istanbul meminta Fahreddin Pasha untuk mengevakuasi benteng itu, namun Fahreddin Pasha mengatakan: “Saya tidak akan pernah membawa bendera Turki turun dari Benteng Madinah dengan tangan saya sendiri. Jika Anda ingin istana ini dievakuasi, lebih baik membawa komandan lain ke sini.”
Selama pengepungan tersebut, Fahreddin Pasha berdoa terus-menerus di atas makam Nabi tersebut. “Ya Nabi Allah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu,” ungkapnya dengan pilu.[] erhan afyoncu/rz/joy
Sumber: Tabloid Mediaumat Edisi 211

Posted on Leave a comment

BAYAN LINNAS SIRI KE-220: PUBG: PANDANGAN DARI SUDUT SYARAK

Diterbitkan: 15 Januari 2020
Bayan Linnas

Bayan Linnas 220

Soalan

Apakah hukum bermain permainan Player Unknown’s Battlegrounds atau lebih dikenali sebagai PUBG

Jawapan

Alhamdulillah bersyukur kehadrat Allah S.W.T dengan kurniaan nikmat Iman dan Islam. Selawat dan Salam ke atas junjungan Nabi Muhammad S.A.W serta keluarga, sahabat-sahabat Baginda, serta seluruh kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah S.W.T sekalian.

Pengenalan

PUBG atau lebih dikenali sebagai Player Unknown’s Battlegrounds merupakan permainan peperangan secara online yang dibangunkan oleh syarikat Bluehole yang berpusat di Korea Selatan. Sekarang dioperasikan oleh PUBG Corporation yang merupakan anak syarikat Bluehole.

PUBG kali pertama dilancarkan menggunakan Microsoft Window melalui perisisan Steam’s [1]. PUBG dilancarkan pada peringkat percubaan pada bulan Mac 2017 dan dilancarkan secara penuh pada Disember 2017. Permainan ini telah mencatat rekod baru. Terdapat sekitar 877,844 pemain dalam satu masa yang sama pada 26 Ogos 2017 di platform Steam [2]. Angka ini mengalahkan rekod jumlah pemain Dota 2 dalam waktu bersamaan yang hanya mencapai 842,919. PUBG versi Xbox, mobile dan Playstation4 telah dilancarkan pada tahun 2018.

Permainan ini berasaskan mod-mod terdahulu yang dibuat oleh Brendan “PlayerUnknown” Greene untuk permainan-permainan lain dalam bentuk peperangan dan diilhamkan daripada sebuah filem Jepun Battle Royal pada tahun 2000. Di Playstore, permainan ini telah dimainkan sebanyak lebih dari 50 juta pengguna Android seluruh dunia.

Konsep Permainan PUBG

Di dalam permainan ini, pemain boleh untuk bermain secara solo, atau secara team dua orang, atau team empat orang. Pemain boleh menjemput rakan-rakan untuk bergabung sebagai satu team ke dalam permainan.
Permainan ini bermula dengan maksimum 100 orang pemain akan turun dengan payung terjun dari kapal terbang ke sebuah pulau terbiar.
Bersama 99 pemain lain, pemain akan mendarat di kawasan berbeza untuk mengumpul kelengkapan baru dan mencari senjata api dan kelengkapan bagi bertempur dengan pemain-pemain lain sambil mempertahankan diri dan mengelak daripada dibunuh.
Ada juga ciri yang dibawa masuk seperti menaiki kenderaan dan membaling bom ke arah musuh.
Kawasan selamat di peta permainan ini akan kian mengecil, sehinggalah para pemain terpaksa bertentangan antara satu sama lain kerana kawasan selamat sudah terlalu kecil.
Pemain atau pasukan yang terakhir yang kekal hidup dan tidak terbunuh adalah pemenang pusingan.[3]
Pandangan-pandangan berkenaan PUBG

Markaz al-Azhar al-Alami dalam fatwa elektronik menyatakan: “Setelah perbincangan serta meneliti permainan ini, maka diharamkan untuk bermainnya. Ini bertujuan untuk menjaga kemaslahatan individu dan masyarakat serta menyeru agar tidak bermain dengan permainan ni. Selain itu Markaz al-Azhar juga menyeru di antaranya kepada ibu bapa memantau anak-anak supaya tidak lalai dengan peralatan elektronik. Selain itu para pemuda disarankan untuk menjaga waktunya dalam perkara yang berfaedah. Selain itu Dr. Ahmad Karimah mengharamkannya kerana mengikut firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 195 yang bermaksud: “dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil);” beliau berkata kaedah fiqh menyatakan “Apa yang menjadi perantaraan kepada sesuatu yang haram, maka haramlah hukumnya”[4]
Majlis tertinggi fatwa Palestin menyatakan bahawa hukum bermain PUBG adalah perkara yang dilarang. Pada hukum asal sesebuah permainan itu adalah diharuskan melainkan sekiranya ada dalil peringatan atau larangan daripada hukum Syariah. Majlis Ifta Palestin menyatakan: “Permainan ini seharusnya dikawal ini kerana disebalik kemudharatan itu terdapat sedikit kebaikan dan hiburan serta dapat mempelajari beberapa kemahiran. Selain itu terdapat keburukan seperti penggunaan bahasa yang kasar dan provokasi bertujuan untuk membangkitkan semangat untuk berperang”.[5]
Syeikh Abdul Wahab al-Samiraiy, Imam masjid Abi Hanifah al-Nu’man berkata: “Terdapat keburukan yang besar dengan sebab permainan ini. Ini kerana terdapat sepuluh kejadian pembunuhan dan perceraian dalam rekod daripada pejabat kehakiman Iraq berpunca daripada permainan ini”. Dalam hal ini Lajnah Fatwa al-Sulaimaniyah menyatakan pengharamnya kerana mendatangkang kemudharatan[6]. Sinar Harian menyatakan “Di bandar Kurdis pula, iaitu salah sebuah bandar utama di Iraq telah mengeluarkan fatwa mengharamkan PUBG atas alasan melalaikan pemain, mengabaikan nilai dan gaya kehidupan normal mereka. Terdapat juga kes penceraian akibat daripada permainan ini”.[7]
Memetik keratan akhbar Sinar Harian “PUBG telah diharamkan di beberapa daerah di India. Pihak berkuasa Gujarat, India mengharamkan permainan popular PUBG di bandar Rajkot dan Sarat sehingga 30 April 2019. Menurut arahan, mana-mana individu yang didapati bermain PUBG dan MOMO Challenge akan didakwa di bawah Seksyen 144 Akta Prosedur 1973 dan Seksyen 37(3) Akta Polis Gujarat. Polis mengharamkan permainan ini kerana peningkatan kes keganasan dalam kalangan kanak-kanak dan belia”[8]
Pihak berkuasa China juga telah mengharamkan permainan ini atas alasan ia bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan etika serta budaya masyarakat China.[9]
Mufti Negeri Sembilan Datuk Mohd Yusof Ahmad memberi cadangan supaya kerajaan mengharamkan permainan PUBG ini kerana mendidik anak muda ke arah keganasan [10]
Risiko

Ketagihan yang berlebihan ini lebih dikenali sebagai Gaming Disorder berdasarkan laman web WHO, Gaming Disorder ditakrifkan dalam Draf 11 Klasifikasi Penyakit Antarabangsa (ICD-11). Mereka yang berhadapan dengan masalah berkenaan akan mempunyai ketagihan yang teruk dalam permainan video sehingga memberi kesan negatif terhadap diri sendiri, keluarga, pekerjaan, pendidikan dan sosial. Masalah itu disenarai dalam ICD-11 berdasarkan tinjauan bukti yang ada dan mencerminkan konsensus pakar daripada pelbagai disiplin serta wilayah geografi yang terlibat dalam proses perundingan teknikal yang dijalankan oleh WHO.[11]

Selain itu, terdapat pelbagai kes yang menyebabkan kematian di antaranya pada tahun 2014, seorang wanita berusia 27 tahun telah dilaporkan mati secara mengejut selepas bermain permainan video tanpa henti selama 10 jam. Manakala pada tahun 2015, remaja lelaki berusia 17 tahun telah dihantar ke wad kecemasan dan meninggal di hospital selepas terjatuh koma ketika bermain permainan video. Dia dilaporkan telah bermain permainan berkenaan hampir 22 hari tanpa henti dan hanya berhenti bermain untuk makan dan tidur.[12]

Peluang masa hadapan

Permainan PUBG ini boleh dikategorikan sebagai E-Sport dan dapat menarik minat anak muda. Ini seperti yang disiarkan di dalam akhbar Sinar Harian versi online menyatakan bahawa Malaysia memenangi dalam permainan DOTA dengan membawa pulang hadiah sebanyak USD500,000.[13] Kerajaan juga menjanjikan peluang pekerjaan baru bagi generasi akan datang ini seperti yang dipetik Hmetro. [14]

Hiburan Dalam Islam

Hiburan dalam Bahasa Arab al-Lahwu bermaksud semua perkara yang melekakan manusia daripada pelbagai gangguan, pemikiran dan masalah yang mengganggu tidurnya. Ia juga tidak mempunyai hakikat yang sabit seperti bermain, berjenaka, bersembang malam, menyanyi dan sebagainya[15]

Pada asalnya hiburan diharuskan di dalam islam melainkan di datangkan kepadanya perkara yang haram ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Hanzalah RA, Sabda Nabi SAW:

يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً وَلَوْ كَانَتْ تَكُونُ قُلُوبُكُمْ كَمَا تَكُونُ عِنْدَ الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُسَلِّمَ عَلَيْكُمْ فِي الطُّرُقِ ‏‏

Maksudnya: Wahai Hanzalah! Ada masa untuk urusan keduniaan, ada masa untuk beribadah. Dan jika hati kamu sentiasa sama seperti kamu sedang mengingati Allah SWT, para malaikat akan bersalam denganmu dan memberi salam kepadamu di pertengahan jalan.

Sahih Muslim (2750)

Imam Nawawi sewaktu mentafsirkan hadith ini yang turut diriwayatkan dengan lafaz berbeza dalam Sahih Muslim, beliau menjelaskan bahawa kita tidak dituntut untuk beribadah sepanjang masa. Kerana itu apabila Hanzalah merasa risau dirinya telah munafiq kerana ‘lalai’ daripada mengingati Allah SWT, Rasulullah SAW menjelaskan bahawa ada masa diperuntukkan untuk ibadah, ada masa juga perlu diperuntukkan untuk kehidupan dunia dan berhibur bersama keluarga.[16]

Di dalam Kitab al-Fiqh al-Manhaji, pengarang telah menggariskan beberapa penetapan hukum di dalam hiburan di antaranya:

Makruh, sekiranya hiburan itu tidak memberi sebarang kesan baik ataupun buruk kepada manusia ini kerana melakukan perbuatan yang tidak berfaedah.
Haram, sekiranya membawa keburukan kepada inidividu dan masyarakat. Ini seperti perbuatan yang bercampur dengan perkara yang diharamkan syara’
Dibenarkan dan digalakkan, sekiranya hiburan itu memberi kesan yang baik kepada individu dan masyarakat. Seperti pertandingan memanah dan permainan yang berfaedah untuk peperangan.
Begitu juga dalam hiburan dan permainan yang memerlukan kepada kemahiran berfikir adalah dibenarkan. Dan hal berkenaan dengan halal atau makruh bergantung kepada sejauh mana kesan terhadap pemain itu. Ini seperti yang dijelaskan di dalam Kitab al-Fiqh al-Manhaji menyatakan: “Permainan catur, ia merupakan suatu permainan yang banyak bergantung kepada penggunaan akal dan fikiran. Tidak syak lagi ia memberikan kesan yang baik kepada daya fikiran pemain. Sekiranya permainan ini menyebabkan pemain leka dan mengambil masa yang lama, hukumnya menjadi makruh. Sekiranya permainan ini terlalu melekakan hingga menyebabkan pemain mengabaikan beberapa tanggungjawabnya, hukumnya menjadi haram” .[17]

Dalam menerangkan tentang permainan catur, ulama bersepakat sekiranya terdapat unsur-unsur perjudian, meninggalkan tanggungjawab yan wajib seperti melewatkan waktu solat dan terdapat unsur-unsur penipuan. Namun sekiranya tidak terdapat perkara yang diharamkan, ulama berselisih pendapat. Haram bermain catur mengikut pandangan Malikiyah dan Hanabilah dan makruh mengikut pandangan mazhab Syafieyah dan Hanafiyah.[18]

Kesimpulan

Berdasarkan kepada dalil yang didatangkan, pada asalnya hukum berhibur adalah di haruskan. Ini berpandukan dalam kaedah fiqhiyah:

الأصل في الأشياء الإباحة حتى يدل الدليل على التحريم

Maksudnya: Hukum asal sesuatu perkara adalah diharuskan, sehingga di datangkan dalil pengharamannya.[19]

Penilitian terhadap dalil-dalil yang di atas, terdapat persamaan pemainan PUBG dengan permainan catur yang memerlukan kemahiran berfikir serta strategi. Dan kami lebih cenderung dengan memakruhkannya seperti pandangan di dalam mazhab Syafi’eyah, Ini berdasarkan kepada hadis yang diriwayatkan daripada Uqbah bin Amir RA, daripada Nabi SAW:

لَيْسَ مِنَ اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ ‏:‏ تَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ

Maksudnya: Tidak termasuk perkara yang sia-sia melainkan tiga perkara: Seseorang yang melatih kudanya, bermesra dengan isterinya dan memanah dengan menggunakan busur dan anak panahnya.

Hadis riwayat Abi Daud (2513)

Namum haram hukumnya seseorang itu bermain permainan PUBG sekiranya membawa kepada perkara berikut:

Hilang fokus terhadap realiti dan masyarakat sekeliling
Gangguan emosi akibat kekalahan
Faktor ketagihan yang melampau
Mengabaikan tanggungjawab terhadap perkara yang diwajibkan
Mendatangkan kemudharatan terhadap tubuh badan dan kesihatan
Menghilangkan akhlak sebagai seorang muslim
Sekiranya ia terbukti oleh pihak berkuasa bahawa ia menjadi punca kepada tindakan ganas serta perlakuan jenayah.
Ini berdasarkan kepada kaedah fiqhiyah:

ما أدى إلى الحرام فهو حرام

Maksudnya: Sesuatu perkara yang membawa kepada yang haram, maka perkara tersebut haram hukumnya.

Oleh itu, kami cenderung memakruhkan permainan PUBG ini kerana terdapat unsur-unsur yang membuang masa, namun PUBG ini menjadi haram sekiranya pemain itu melanggar batas-batas yang ditetapkan syarak serta meninggalkan tanggungjawab sebagai seorang muslim. Kami sarankan pemilihan permainan yang boleh memberi manfaat serta menambahkan ilmu pengetahuan dan tidak melalaikan. Ingatlah kita dicipta bertujuan sebagai hamba allah SWT dan pemegang amanah sebagai khalifah di muka bumi bukanlah untuk menlakukan perkara yang sia-sia. Ini seperti fiman Allah SWT:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maksudnya: “Maka adakah patut kamu menyangka bahawa Kami hanya menciptakan kamu (dari tiada kepada ada) sahaja dengan tiada sebarang hikmat pada ciptaan itu? Dan kamu (menyangka pula) tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

Surah al-Mukminun, 115

Wallahualam

Bibliografi

Al-Quran al-Karim

Al-Fiqh al-Manhaji ala Mazhab al-Imam al-Syafie, Mustafa al-Khin, Mustafa al-Bugha, Ali Syarbaji, Cetakan dar al-Qalam 1992

Syarah al-Nawawi ala Muslim, Abu Zakaria Mahyu al-Din Yahya bin Syaraf al-Nawawi, Dar Ihya’ al-Turas al-Arabi

Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, Wizarah al-Auqaf dan Syuun al-Islamiyah Kuwait, Dar al-Sofwah, Dar al-salasil, Wizarah, 1427h

Al-Qawaid al-Fiqhiyyah wa Tatbiqatuha fi al-Mazahib al- Arba’ah, Muhammad Mustafa al-Zuhaili, Dar al-Fikr, 2006

https://www.gamespot.com, daripada Chris Pereira, 27 Ogos 2017

http://www.gamasutra.com, daripada Alissa McAloon, 31 Julai 2017

https://pubg.gamepedia.com

https://www.youm7.com, 28 November 2018

https://www.alwatanvoice.com, 6 Mac 2019

https://blogs.aljazeera.net, daripada Toha Yasin Muhammad al-Zaibari, 26 November 2018

http://www.kurdistan24.net, daripada Kurdistan24 اربیل, 2 Desember 2018

Akhbar Sinar Harian,Nor Azaruddin, Husni Nuruddin, 27 Mac 2019

http://www.kosmo.com.my, Farid Ahmad Tarmiji, 28 Jun 2018

http://www.astroawani.com , Amirul Awaludin, 27 Disember 2017

https://www.sinarharian.com.my, Naimah Muhammad, 8 Mar 2019

https://www.hmetro.com.my, Afiq Hanif, 2 Ogos 2018

http://rootofscience.com, 19 Jun 2018

[1] Steam ialah pelantar pengedaran digital, pengurusan hak digital, permainan video berganda, dan perkhidmatan rangkaian sosial berasaskan Internet dibangunkan oleh Valve Corporation. Steam menyediakan penggunanya dengan pemasangan dan pengemaskinian automatik permainan video pada beberapa komputer, dan ciri komuniti seperti senarai rakan dan kumpulan, simpanan awan (cloud storage), dan fungsi suara dan sembang dalam permainan. Perisian ini menyediakan Antara Muka Pengaturcaraan Aplikasi (API) percuma yang digelar Steamworks, yang mana pembangun boleh menggunakannya untuk menyatukan banyak fungsi Steam, termasuk perangkaian dan pemadanan, pencapaian dalam permainan, transaksi mikro, dan sokongan untuk kandungan ciptaan pengguna melalui Steam Workshop, ke dalam produk mereka.

[2] Lihat https://www.gamespot.com/articles/pubg-becomes-the-biggest-game-on-steam-briefly-sur/1100-6452900/ Lihat juga http://www.gamasutra.com/view/news/302813/Playerunknowns_Battlegrounds_claims_record_for_most_peak_players_in_a_nonValve_game.php

[3] Lihat juga: https://pubg.gamepedia.com/About

[4] Lihat https://www.youm7.com/story/2018/11/28/11-%D9%86%D8%B5%D9%8A%D8%AD%D8%A9-%D9%85%D9%86-%D9%85%D8%B1%D9%83%D8%B2-%D8%A7%D9%84%D8%A3%D8%B2%D9%87%D8%B1-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%89-%D9%84%D8%AD%D9%85%D8%A7%D9%8A%D8%A9-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AC%D8%AA%D9%85%D8%B9-%D9%85%D9%86-%D8%AE%D8%B7%D8%B1/4048124

[5] Lihat: https://www.alwatanvoice.com/arabic/news/2019/03/06/1223056.html

[6] Lihat: https://blogs.aljazeera.net/blogs/2018/11/26/%D9%84%D9%85%D8%A7%D8%B0%D8%A7-%D8%A7%D9%84%D8%B0%D9%87%D8%A7%D8%A8-%D9%86%D8%AD%D9%88-%D8%AA%D8%AD%D8%B1%D9%8A%D9%85-%D9%84%D8%B9%D8%A8%D8%A9-pubg

Lihat juga: http://www.kurdistan24.net/ar/news/0114deba-4471-47f1-bb95-370161a861b1

[7] Lihat Sinar Harian Rabu 27 Mac 2019, hlm 39

[8] Sinar Harian Rabu 27 Mac 2019, hlm 39

[9] Sinar Harian Rabu 27 Mac 2019, hlm 39

[10] Harian metro Ahad 17 Mac 2019

[11]ICD adalah asas untuk mengenal pasti trend kesihatan dan statistik di peringkat global dan piawaian antarabangsa bagi melaporkan penyakit dan keadaan kesihatan. WHO menjelaskan, masalah tersebut didiagnosis berdasarkan corak dan tingkah laku seseorang yang bermain permainan video Lihat: http://rootofscience.com/blog/2018/kesihatan/mental/ketagihan-game-sebagai-penyakit-mental/?fbclid=IwAR2iPxUO2R20FUPDcfeRlE60c6WhQnPBMVePaoJWU-Nf6sTgzGiNGp2q1hk Lihat Juga: http://www.kosmo.com.my/k2/rencana-utama/kesan-negatif-terhadap-kehidupan-individu-1.697860

[12] Lihat http://www.astroawani.com/berita-dunia/ketagihan-permainan-video-sebagai-masalah-kesihatan-mental-who-164052

[13] Lihat https://www.sinarharian.com.my/article/16889/SISIPAN/Oh!-Lelaki/Ini-sebabnya-mengapa-lelaki-asyik-main-game

[14] Lihat https://www.hmetro.com.my/itmetro/2018/08/364175/e-sukan-masa-depan-negara

[15] Lihat: Al-Fiqh al-Manhaji Ala Mazhab al-Imam al-Syafi’e 8/165

[16] Lihat: Syarah Sahih Muslim, 17/66

[17]Lihat: Al-Fiqh al-Manhaji Ala Mazhab al-Imam al-Syafi’e 8/165-166

[18] Lihat: al-Mausua’h al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah 35/270

[19] Lihat: al-Qawaid al-Fiqhiyyah wa Tatbiqatuha fi al-Mazahib al-Arba’ah Dr. Muhammad Mustafa al-Zuhaili 1/190

Posted on Leave a comment

BAYAN LINNAS SIRI KE – 221: MAUQIF (PENDIRIAN) KAMI TENTANG NOVEL CORONAVIRUS (2019-NCOV)

BAYAN LINNAS SIRI KE – 221: MAUQIF (PENDIRIAN) KAMI TENTANG NOVEL CORONAVIRUS (2019-NCOV)
Butiran
Dimuatnaik oleh Mohamad Razif
Diterbitkan: 29 Januari 2020
ih124 conflict 19983556

Mukadimah

Pada 25 Januari 2020, kami dikejutkan dengan satu berita hangat berkaitan Novel Coronavirus (2019-nCoV). World Health Organization (WHO) pada 28 Januari 2020 baru sahaja melancarkan Global 2019-nCoV Clinical Data bagi membenarkan negara-negara ahli untuk menyumbang data klinikal bagi menyampaikan maklumbalas klinikal kesihatan awam.

Sehingga 28 Januari 2020, terdapat 4593 kes yang telah disahkan di seluruh dunia dengan China berada di kedudukan tertinggi sebanyak 4537 kes yang telah disahkan dan 106 orang mangsa telah meninggal dunia. Sebanyak 56 kes telah disahkan di luar China yang melibatkan 14 buah negara termasuk Malaysia.[1] Tindakan pantas KKM dalam membendung virus ini daripada terus merebak dalam negara patut diberi pengiktirafan dan sokongan.

Tatkala kami mahu menerbitkan Bayan Linnas maka didapati terlalu banyak pandangan telah dikemukakan oleh pelbagai pihak. Ini menyebabkan kami menangguhkan seketika penulisan artikel ini bagi untuk melihat dan menekuni dengan lebih banyak lagi maklumat serta situasi yang berlaku. Dalam masa yang sama, kami masih berada di bumi Sultan Muhammad al-Fateh semasa isu ini berlaku.

Melihat kepada keperluan panduan kepada umat Islam di Malaysia, kami namakan Bayan Linnas ini dengan tajuk Mauqif (Pendirian) Kami Tentang Novel Coronavirus (2019-nCoV). Semoga Bayan Linnas ini boleh menjadi panduan serta sikap yang perlu diambil oleh masyarakat apabila wujudnya wabak seperti ini.

Beberapa Noktah

Tiga lagi kes positif 2019 novel koronavirus dilaporkan dan sehingga hari ini, menjadikan jumlah kes yang disahkan di negara ini meningkat kepada tujuh kes. Menurut kenyataan Ketua Pengarah Kesihatan Datuk Dr Noor Hisham Abdullah yang dikeluarkan awal pagi ini, kesemua tujuh kes itu melibatkan warganegara China.

Di bawah ini adalah beberapa nasihat utama kepada rakyat Malaysia khususnya umat Islam bagi menghadapi wabak 2019-nCoV. Kami merasakan lapan noktah di bawah ini adalah amat penting untuk ditekuni bagi mengelakkan sebarang kejadian yang tidak diingini berkaitan isu ini.

Pertama: Ujian Pasti Mendatang

Benarlah firman Allah SWT:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

Maksudnya: “Demi sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar – (Iatu) orang-orang yang apabila mereka di timpa oleh sesuatu musibah (kesusahan) mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”.

(Surah Al-Baqarah: 155-156)

Pada ayat ini, Allah S.W.T memberi khabar bahawa Dia menguji hamba-hamba-Nya yang beriman dengan beberapa ujian di saat mereka berada dalam keadaan suka dan duka, dan kesemua mereka akan mendapat pahala jika mereka bersabar terhadapnya. Mereka kemudiannya mengucapkan lafaz istirja’ bukti sebagai seorang yang sabar dan syukur. (Lihat Tafsir al-Maraghi; 1/467). Justeru, senjata yang ampuh bagi umat Islam adalah sentiasa berhati-hati, menggunakan kebijaksanaan untuk mengatasi rintangan dan cabaran, di samping doa dan tawakkal kepada-Nya.

Kedua: Mengucapkan Istirja’

Begitulah petunjuk yang telah diberikan melalui wahyu yang mana apabila berlakunya musibah (kematian) maka antara ciri-ciri mereka yang bersabar dengan musibah tersebut adalah mereka mengucapkan istirja’ iaitu ucapan:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ

Maksudnya: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”.

Ummu Salamah R.A berkata bahawa dia mendengar Rasulullah S.A.W bersabda:

“مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا”.

Maksudnya: “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena mushibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya.’ melainkan Allah menukar baginya dengan yang lebih baik”.

(Riwayat Muslim, no. 918)

Maka jelaslah melalui hadith ini bahawa setiap orang yang beriman digalakkan untuk menyebut lafaz istirja’ ketikamana ditimpa musibah sama ada musibah tersebut kecil ataupun besar. Imam al-Nawawi menyebut sunat melafazkannya kerana Rasulullah S.A.W disuruh melafazkannya dan ayat al-Quran juga menunjukkan hal yang sama begitu juga ijma’ muslimin. (Lihat al-Minhaj Syarh al-Nawawi ‘ala Muslim, 6/220).

Imam al-Qurtubi pula menyatakan dalam tafsirnya, musibah ialah setiap perkara yang menimpa manusia dan menyakiti mereka. (Lihat Tafsir al-Qurtubi, 2/175). Perlu difahami di sini bahawa lafaz istirja’ ini bukan hanya disunatkan untuk dilafazkan pada waktu berlakunya sesebuah kematian namun ia umum pada setiap perkara atau kejadian yang menimpa manusia apatah lagi menyakiti mereka.

Dari ‘Ikrimah R.A bahawasanya pelita Rasulullah SAW terpadam pada satu malam. Lantas Baginda mengucapkan:

إنّا للهِ وإنّا إليْه راجعونَ. فقيل: أمصيبةٌ هي يا رسولَ اللهِ؟ قال: نعم، كلُّ ما آذى المؤمنَ فهو مصيبةٌ.

Maksudnya: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”. Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Adakah ini dianggap musibah wahai Rasulullah?’ Jawab Baginda: ‘Ya. Setiap yang menyakiti orang beriman maka ia dianggap musibah.” (Lihat: Tafsir al-Qurtubi, 2/175) dan sabit maknanya dalam al-Sahih

Justeru itu, disunatkan ke atas setiap Muslim untuk mengucapkan lafaz istirja’ pada setiap musibah ataupun dugaan yang menimpa diri mereka. Ini kerana ada beberapa hikmah di sebaliknya termasuklah pengakuan terhadap keesaan Allah S.W.T, kepercayaan pada Hari Akhirat (tempat kembalinya manusia), berserah diri dengan ketentuan Ilahi serta berharap akan ganjaran di sisiNya. (Lihat al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 3/281)

Ketiga: Jangan Sesekali Menakutkan Dengan Hebahan Yang Tidak Tepat

Firman Allah SWT:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Maksudnya: “Dan apabila datang kepada mereka sesuatu berita mengenai keamanan atau kecemasan, mereka terus menghebahkannya; padahal kalau mereka kembalikan sahaja hal itu kepada Rasulullah dan kepada – “Ulil-Amri” (orang-orang yang berkuasa) di antara mereka, tentulah hal itu dapat diketahui oleh orang-orang yang layak mengambil keputusan mengenainya di antara mereka; dan jika tidaklah kerana limpah kurnia Allah dan belas kasihanNya kepada kamu, tentulah kamu (terbabas) menurut Syaitan kecuali sedikit sahaja (iaitu orang-orang yang teguh imannya dan luas ilmunya di antara kamu).

(Surah al-Nisa: 83)

Hal ini bertepatan dengan hadis daripada Ibn Umar R.Anhuma, bahawa Nabi SAW bersabda:

مَنْ حَمَلَ عَلَيْنا السِّلاَحَ فَلَيْسَ مِنّا

Maksudnya: Sesiapa yang membawa senjata untuk menakut-nakutkan kami, maka dia bukan daripada kalangan kami.

(Riwayat al-Bukhari, no. 6874)

Imam al-Nawawi menyatakan bahawa hadith ini di sisi ahli ilmu memberi maksud perbuatan membawa senjata untuk menakutkan orang ramai bukanlah daripada petunjuk dan amalan kami. (Lihat Syarh al-Nawawi ‘ala Sahih Muslim, 1/109)

Begitu juga sabda Rasulullah SAW:

لَا يَحِلُّ ِلمُسْلِمٍ أَن يَرَوِّعَ مُسْلِمًا

Maksudnya: Tidak halal bagi seorang Islam menakutkan orang Islam yang lain.

(Riwayat Abu Daud, no. 5004)

Termasuk juga dalam ertikata menakutkan orang adalah dengan maklumat palsu yang menjadikan masyarakat merasa panik, takut dan bimbang. Begitu juga sebaran maklumat yang menggerunkan tanpa usul periksa sedangkan hakikat sebenarnya adalah berlainan. Dengan sebab itulah kami selalu katakan

إن كنت ناقلاً فالصحة، أو مدعياً فالدليل

Maksudnya: Jika sekiranya menukilkan sesuatu, maka sahkan terlebih dahulu. Atau jika membuat dakwaan, maka hendaklah mengemukakan bukti.” (Lihat Dhawabit al-Ma’rifah, m. 368)

Tahniah sekali lagi kepada KKM kerana telah menghimpunkan senarai berita-berita palsu berhubung Novel Coronavirus (2019-nCoV).[2]

Keempat: Mengambil Asbab Kerana Ia Termasuk Dalam Hakikat Tawakkal

Menjadi sunnatullah agar kita berusaha dan mencari sebab bagi melaksanakan sesuatu atau mengenal sebarang bentuk penyakit seterusnya dengan itu dapat mencari ramuan serta rawatan untuk penyakit tersebut.

Benarlah hadith Nabi SAW Daripada Abi al-Darda’ RA, bahawa Nabi SAW bersabda:

إنَّ الله عزّ وجلّ أنْزَلَ الدَّاءَ والدَّواء، وجَعَلَ لِكُل داءٍ دَوَاءً، فَتَداووا، ولا تَدَاووا بحرَام

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan penawarnya. Dia jadikan setiap penyakit ada penawarnya. Maka hendaklah kamu berusaha merawat tetapi jangan merawat dengan bahan yang haram.”

(Riwayat Abu Daud, no. 3874)

Syeikh ‘Abd al-‘Azim Abadi menyatakan: “(إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ) iaitu Allah menjadikannya penyakit dan memberikan penawarnya juga. (لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ) iaitu daripada yang halal. (Lihat ‘Aun al-Ma’bud, 10/251)

Dalam konteks Novel Coronavirus (2019-nCoV), kita digalakkan untuk berjaga-jaga dengan mengikuti segala bentuk panduan daripada KKM.

Kelima: Memahami Nas Dengan Sebaiknya

Daripada Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda:

لا عَدْوَى

Maksudnya: “Tidak ada penyakit yang berjangkit.”

(Riwayat al-Bukhari, no. 5770)

Apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW ialah tidak boleh membiarkan penyakit menjangkit, membiak, menjalar, menular dan merebak. Hadis tersebut tidak bererti bahawa penyakit berjangkit tidak wujud.

Keenam: Memelihara Kesihatan Melalui Kebersihan Adalah Perintah Syarak

Firman Allah SWT:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang banyak bertaubat, dan mengasihi orang-orang yang sentiasa mensucikan diri.”

(Surah al-Baqarah: 222)

Syeikh Ali Al-Sabuni berkata: “Sesungguhnya Allah amat mencintai orang yang bertaubat dari dosa dan membersihkan diri dari perbuatan yang cela dan juga dari kekotoran.” (Lihat Safwah al-Tafasir, 1/127)

Firman Allah SWT:

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Maksudnya: “Jangan engkau sembahyang di masjid itu selama-lamanya, kerana sesungguhnya masjid (Qubaa’ yang engkau bina wahai Muhammad), yang telah didirikan di atas dasar taqwa dari mula (wujudnya), sudah sepatutnya engkau sembahyang padanya. Di dalam masjid itu ada orang-orang lelaki yang suka (mengambil berat) membersihkan (mensucikan) dirinya; dan Allah Mengasihi orang-orang yang membersihkan diri mereka (zahir dan batin).”

(Surah al-Taubah: 108)

Ayat ini menunjukkan betapa Allah memuji golongan yang menjaga kebersihan.

Ketujuh: Kaedah Pencegahan

Bagi mengelakkan penyakit berjangkit, banyak kaedah pencegahan yang disarankan oleh pakar yang berautoriti. Dalam Islam, Rasulullah SAW telah memberikan asas pencegahan yang baik melalui udara (airbone), titisan (droplet) mahupun sentuhan (contact).

Daripada Ibnu Abbas RA:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ

Maksudnya: Bahawa Nabi SAW melarang untuk bernafas dalam bejana atau meniupnya.

(Riwayat al-Tirmizi, no. 1888)

Daripada Abu Hurairah RA:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

Maksudnya: “Bahawasanya apabila Nabi SAW bersin, baginda menutup wajah dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.”

(Riwayat al-Tirmizi, no. 2745) Katanya hadith ini hasan sahih.

Praktikal di zaman ini adalah dengan memakai facemask bagi menghalang air liur, kahak dan hingus si pemakai dari tersebar ke udara ketika batuk atau bersin.

Daripada Abu Hurairah RA:

لاَ يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ

Maksudnya: “Pesakit yang berjangkit tidak boleh menjangkiti orang yang sihat.”

(Riwayat al-Bukhari, no. 5771)

Al-Hafiz Ibn Hajar berkata: “Padanya penguat tegahan daripada membawa atau menyebarkan penyakit.” (Lihat Fath al-Bari, 10/242)

Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Maksudnya: “Jika kamu mendengar penyakit taun melanda di suatu kawasan, janganlah masuk ke kawasan tersebut. Dan jika kamu berada di kawasan tersebut janganlah kamu keluar dari situ.”

(Riwayat al-Bukhari, no. 5728)

Hadis ini menunjukkan boleh pemerintah mengambil tindakan kuarantin agar penyakit atau wabak tidak tersebar. ‘Abd al-Rahman bin ‘Auf RA pernah menyebutkan hadith ini kepada Khalifah ‘Umar bin al-Khattab ketika beliau bercadang pergi ke Syam semasa wabak taun sedang merebak di sana. Mendengar hadith ini, Amirul Mukminin ‘Umar al-Khattab membatalkan hasratnya. (Lihat al-Bidayah wa al-Nihayah, 3/5)

Dalam perbincangan kami dengan al-Allamah al-Muhaddith Syeikh Muhammad ‘Awwamah di Istanbul, Turki pada hari Isnin 27 Januari 2020 berkenaan dengan maksud ta’un juga dalam hadith dengan maksud sebarang bentuk wabak juga penyakit umum yang melanda pada satu-satu tempat. Justeru, ia juga terpakai kepada penyakit Novel Coronavirus (2019-nCoV).

Hadith-hadith di atas ini menyimpulkan tiga hikmah terbesar bagi mencegah penularan penyakit berjangkit iaitu:

Tidak berada di tempat yang berisiko tinggi
Menjaga kebersihan diri
Keperluan kuarantin bagi yang menghidap penyakit berjangkit
Kelapan: Tabayyun Setiap Berita Yang Diperoleh

Terdapat kaedah masyhur yang berdasarkan nas Ilahi, Firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Maksudnya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini – dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) – sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.

(Surah al-Hujurat: 6)

Syeikh Ali Al-Sobuni berkata: “Jika datang kepada kamu seorang lelaki fasiq yang mana ia tidak boleh dipercayai dengan kebenaran dan keadilannnya, dengan apa yang diberitakan, maka hendaklah kamu menyemak akan kesahihan berita. Ini supaya kamu tidak mengenakan hukuman atau musibah kepada satu-satu kaum sedangkan kamu jahil tentang hakikat sebenar. Ketika itu, jadilah kamu menyesal tak sudah atas perbuatan kamu. (Lihat Sofwah al-Tafasir, 3/216)

Ibn Kathir berkata: Allah memerintahkan agar kita benar-benar menyemak berita dari orang fasik dengan berwaspada seupaya tidak berlaku sebarang pendustaan dan kekeliruan. Kebanyakan ahli tafsir menyebut turunnya ayat ini kepada al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’it ketika menjadi utusan Rasulullah untuk memungut zakat daripada Bani Mustaliq (Tafsir al-Quran al-‘Azim, 4/264)

Berdasarkan huraian di atas, dapat difahami bahawa antara adab-adab tabayyun adalah mengelakkan diri daripada mendengar sesuatu berita yang belum dapat dipastikan kesahihannya oleh pihak yang berautoriti.

Sebab itulah dalam Surah al-Hujurat juga, prinsip tabayyun diseiringkan dengan ayat yang menuntut umat bersangka baik dan tidak mudah menjatuhkan hukum atau kesimpulan sebagaimana yang disebut ayat 12 dalam surah yang sama: “Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan daripada prasangka kerana sesungguhnya sebahagian daripada sangkaan itu adalah dosa.”

Umat Islam hendaklah menjadi pembawa berita gembira dan bukan menakutkan orang ramai dengan berita palsu dan analisis yang bukan daripada ahlinya. Inilah yang diajar oleh Nabi SAW. Sebagai contohnya, apabila Baginda SAW menziarahi orang sakit, makanya Baginda memberi semangat kepadanya dengan berkata:

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Maksudnya: Tidak mengapa, semoga kesucian dan kesembuhan dengan kehendak Allah.

(Riwayat al-Bukhari, no. 5656)

Berkata al-Hafiz Ibn Hajar: (طَهُورٌ) bermaksud mudah-mudahan Allah SWT membersihkan dosa-dosa-mu.” (Lihat Fath al-Bari, 10/124)

Berkata al-Mula Ali al-Qari: “(طَهُورٌ) ertinya tidak ada rasa berat dengan sakit ini, kerana ia akan menjadi penghapus dosa-dosa.” (Lihat di Mirqah al-Mafatih, 2/1123)

Begitu juga, boleh jadi apa sahaja yang kita ulas dan kongsi di media sosial bukanlah sesuatu yang benar, sebaliknya hanya khabar angin yang kita dengan dan peroleh daripada sumber yang tidak berautoriti. Benarlah sabda Nabi SAW, daripada Hafs bin ‘Asim:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Maksudnya: Cukuplah seorang itu dianggap berdusta apabila dia bercakap segala apa yang dia dengar.

(Riwayat Muslim, no. 7)

Imam al-Nawawi berkata: Di sini menunjukkan larangan daripada bercakap setiap apa yang dia dengar kerana boleh jadi dia dengar pada adatnya benar atau dusta. Justeru, apabila dia berbicara setiap apa yang dia dengar, maka sesungguhnya dia telah mendustakan dengan berita-beritanya yang boleh jadi bukan begitu. (Lihat Syarh al-Nawawi ‘ala Sahih Muslim, 1/75)

Oleh itu, marilah sama-sama kita menginsafi supaya jangan kita menjadi penyebab ke arah ketidakbaikan atau dengan kenyataan dan hebahan kita membawa kepada keadaan yang panik dan bimbang yang melampau.

Junjung Kasih Atas Titah KDYMM Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong

Kami menjunjung kasih titah KDYMM Tuanku Agong berhubung Novel Coronavirus (2019-nCoV). Kebawah Duli yang Maha Mulia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah telah menitahkan kesemua masjid di seluruh negara mengadakan solat hajat dan doa selamat memohon ihsan Allah SWT supaya memelihara rakyat daripada sebarang penyakit yang tidak diingini.

Kecaknaan Seri Paduka Baginda yang menyeru kepada rakyat untuk memperbanyakkan doa agar Malaysia dan dunia dilindungi daripada wabak berkenaan menzahirkan sikap Seri Paduka Baginda yang amat prihatin akan masalah negara.

Kesimpulan

Langkah-langkah yang diambil oleh pihak KKM perlu diberi sokongan penuh. Sebarang bentuk nasihat daripada pihak berautoriti hendaklah dipatuhi oleh masyarakat.

Semua lapisan masyarakat perlu bersama-sama menjadi ejen bagi membanteras berita palsu berkaitan Novel Coronavirus (2019-nCoV). Tanamkan disiplin dalam diri untuk menyelidik terlebih dahulu setiap berita yang diperoleh di media sosial. Lazimilah solat hajat dan doa munajat kepada Allah SWT dengan doa yang ma’thur sebagaimana yang telah dibacakan oleh Rasulullah SAW.

Saya berdoa kepada Allah SWT agar kabus wabak ini akan berlalu pergi dan digantikan dengan sinar kesihatan yang terbaik untuk seluruh masyarakat di Malaysia dan juga di tempat lain agar wabak tidak lagi merebak. Amin.

Akhir kalam, kami titipkan doa seperti berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ ، فِي دِينِي ، وَدُنْيَايَ ، وَأَهْلِي ، وَمَالِي ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي ، وَآمِنْ رَوْعَاتِي ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ ، وَمِنْ خَلْفِي ، وَعَنْ يَمِينِي ، وَعَنْ شِمَالِي ، وَمِنْ فَوْقِي ، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Maksudnya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada-Mu keampunan dan keselamatan (‘afiah) di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pada-Mu keampunan dan keselamatan (‘afiah) dalam agamaku, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aibku dan berilah ketenteraman di hatiku. Ya Allah, jagalah aku; dari depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku, serta aku memohon perlindungan dengan keagungan-Mu agar tidak disambar dari bawahku.”

(Riwayat Abu Daud, no. 5074)

[1][1] https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200128-sitrep-8-ncov-cleared.pdf?sfvrsn=8b671ce5_2

[2] https://www.facebook.com/kementeriankesihatanmalaysia/posts/10156695650196237

Posted on Leave a comment

BAYAN LINNAS SIRI KE-225 : COVID-19: FATWA-FATWA TERKINI BERKAITAN PPENANGGUHAN SOLAT JUMAAT DAN SOLAT BERJEMAAH

BAYAN LINNAS SIRI KE-225 : COVID-19: FATWA-FATWA TERKINI BERKAITAN PENANGGUHAN SOLAT JUMAAT DAN SOLAT BERJEMAAH
Butiran
Dimuatnaik oleh Wan Ahmad Naqiuddin
Diterbitkan: 17 Mac 2020
Bayan Linnas

Mukaddimah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, selawat serta salam ke atas junjungan teragung Nabi Muhammad SAW dan ke atas ahli keluarga serta mereka yang mengikuti jejak langkah Baginda SAW hingga ke hari Kiamat.
Kami mengikuti perkembangan secara rapat dan teliti berkaitan penularan wabak COVID-19 yang berlaku di seluruh pelusuk dunia. Berkaitan perkara ini, kami telah kemukakan beberapa saranan dan pendirian dalam dua siri Bayan Linnas yang lepas, sila rujuk Bayan Linnas Siri ke-221 : Mauqif (Pendirian) Kami Tentang Novel Coronavirus (2019-Ncov) dan Bayan Linnas Siri ke-224 : COVID-19: Saranan Kami.
Penyebaran virus berbahaya ini telah mencetuskan pelbagai polemik dan persoalan dalam kalangan masyarakat. Dalam masa yang sama, sebagai langkah pencegahan Kementerian Kesihatan Malaysia (KKM) dalam kenyataan akhbar bertarikh 11 Mac 2020 menggesa agar [1]:
Semua perhimpunan yang melibatkan orang ramai (mass gathering) ditangguhkan bagi mencegah kemungkinan jangkitan COVID-19 berlaku;
Sekiranya mengalami gejala jangkitan saluran pernafasan, dinasihatkan agar tidak menghadiri program yang melibatkan orang ramai atau tempat yang padat termasuk aktiviti keagamaan;
Individu yang bergejala dinasihatkan agar menjarakkan diri (social distancing) sekurang-kurangnya satu meter bila berhadapan dengan individu lain).
Maka, daripada gesaan dan saranan di atas, isu yang timbul ialah hukum melaksanakan solat Jumaat dan solat berjemaah di masjid dalam situasi yang saat kritikal sekarang kerana melibatkan perhimpunan secara beramai-ramai dan tidak menjaga jarak sosial (social distancing).
Oleh yang demikian, institusi-institusi fatwa antarabangsa telah bersidang dan mengeluarkan keputusan masing-masing. Untuk siri Bayan Linnas kali ini, kami mengumpulkan keputusan daripada institusi-institusi fatwa antarabangsa yang berautoriti dan tokoh-tokoh ulama yang berpengaruh berkaitan isu ini supaya dapat dijadikan panduan.
Berikut adalah fatwa-fatwa tersebut:
MUZAKARAH MAJLIS KEBANGSAAN BAGI HAL EHWAL UGAMA ISLAM MALAYSIA (MKI) [2]
Satu Mesyuarat Jawatankuasa Muzakarah Khas Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia (MKI) telah diadakan pada 15 Mac 2020, di Pulse Grande Hotel, Putrajaya. Keputusan pandangan ini telah dipersembahkan kepada Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Syah, Sultan serta Raja di negeri-negeri bagi mendapatkan perkenan untuk tindakan selanjutnya.
Hasil daripada muzakarah tersebut, Majlis telah memutuskan bahawa semua aktiviti masjid dan surau termasuk solat berjemaah, solat Jumaat ditangguhkan untuk tempoh selama sepuluh hari bermula 17-26 Mac 2020. Dalam tempoh ini, jawatankuasa masjid dan surau disarankan untuk melakukan operasi pembersihan dan penyahkuman. Perlanjutan atau penamatan tempoh sepuluh hari berkenaan tertakluk kepada nasihat dan pandangan Kementerian Kesihatan Malaysia (KKM).
HAIAH KIBAR ULAMA’ AL-AZHAR AL-SYARIF [3]
Pihak Haiah Kibar Ulama’ al-Azhar al-Syarif dalam satu kenyataan rasminya pada 15 Mac 2020 telah memaklumkan tentang keharusan di sisi syarak untuk menghentikan solat Jumaat dan solat berjemaah di semua kawasan berikutan penularan wabak COVID-19. Dalam kenyataan tersebut, pihak Haiah menggariskan keputusan bahawa harus di sisi syarak bagi negara (daulah) untuk menghentikan untuk satu tempoh sementara bagi solat Jumaat dan solat berjemaah kerana ia akan membawa kepada menular dan tersebarnya virus yang berbahaya ini.
Disamping itu, pihak Hai’ah juga mengingatkan orang awam berkaitan tiga perkara penting iaitu:
Pertama: Wajib melaungkan azan pada setiap waktu solat di masjid-masjid pada situasi dihentikan solat Jumaat dan solat berjemaah, dan harus juga bagi muazzin untuk menyebutkan pada setiap azan, “صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ”.
Kedua: Bagi setiap ahli rumah yang hidup bersama, teruskanlah solat berjemaah seperti biasa di rumah – kerana tidak semestinya solat berjemaah itu dilakukan di masjid, sehinggalah ditamatkan sekatan, InshaAllah.
Ketiga: Adalah menjadi satu kewajipan syarak ke atas setiap warganegara untuk mematuhi arahan, panduan dan ketetapan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesihatan untuk mengekang penularan virus ini dan menghapuskannya.
KESATUAN ULAMA’ ISLAM SEDUNIA (ITTIHAD AL-‘ALAMI LIL ULAMA’ AL-MUSLIMIN) [4]
Dalam satu kenyatan di laman web rasminya bertarikh 14 Mac 2020, pihak Kesatuan Ulama’ Islam Sedunia menyeru agar dihentikan buat sementara waktu solat Jumaat dan solat berjemaah bagi negara-negara yang terdapat kes jangkitan virus COVID-19.
Dalam kenyataan tersebut, pihak Ittihad telah mengemukakan dalil-dalil syarak yang jelas menunjukkan bahawa solat Jumaat dan solat berjemaah dalam keadaan terdapat hal yang memudaratkan dan berbahaya adalah tidak wajib dan tidak diharuskan. Tambahan pula, apa yang lebih membimbangkan adalah jemaah yang mendirikan solat hendaklah berdiri di dalam saff ketika solat dalam keadaan saling bersentuhan antara sama lain. Maka, penularan virus berbahaya tersebut dalam situasi ini sangat berisiko tinggi.
Oleh yang demikian, pihak Ittihad menyeru agar ditangguh buat sementara waktu solat Jumaat dan solat berjemaah di negara yang telah dijangkiti virus COVID-19, serta penangguhan ini haruslah berterusan sehingga wabak ini dapat dikawal berdasarkan kepada penilaian pihak yang bertanggungjawab untuk menentukannya.
KETUA MAJLIS FATWA SYAR’IE, EMIRIAH ARAB BERSATU (UAE), SYEIKH ABDULLAH BIN BAYYAH [5]
Majlis Fatwa Syar’ie, Emiriah Arab Bersatu (UAE) yang diketuai oleh Syeikh Abdullah Bin Bayyah, telah mengeluarkan fatwa berkaitan dengan isu keharusan meninggalkan solat Jumaat dan solat berjemaah ketika penularan wabak COVID-19.
Dengan bersandarkan kepada kewajipan untuk mentaati pemimpin (ulil amri), beliau telah menjelaskan di dalam fatwanya beberapa perkara berikut:
Pertama: Wajib di sisi syarak bagi setiap pertubuhan dan kumpulan masyarakat untuk beriltizam dengan ketetapan kesihatan yang dikeluarkan oleh pihak kerajaan yang bertanggungjawab, serta dalam masa yang sama mengambil langkah yang sewajarnya bagi mengelakkan daripada berpindah dan tersebarnya penyakit. Tidak boleh untuk melanggar ketetapan tersebut walau dalam apa jua keadaan.
Kedua: Haram dari sudut syarak kepada mereka yang menghidapi penyakit ini atau mengalami simptom-simptomnya berada di tempat-tempat awam, atau pergi ke masjid untuk menunaikan solat berjemaah, solat Jumaat dan solat Hari Raya. Hendaklah dia mengambil segala langkah pencegahan yang perlu dengan dikuarantinkan dan dirawat oleh kementerian kesihatan, supaya tidak menyumbang kepada penularan wabak kepada orang lain.
Ketiga: Diberikan keringanan (rukhsah) untuk tidak hadir solat berjemaah, solat Jumaat dan solat Hari Raya serta solat Terawih bagi golongan warga emas, kanak-kanak, yang menghidap penyakit berkaitan saluran penafasan dan yang menghidap penyaki antibodi lemah. Hendaklah mereka menunaikan solat di rumah mereka atau di tempat mereka berada, serta mereka perlu mendirikan solat Zohor bagi menggantikan solat Jumaat.
Keempat: Apa yang berkaitan dengan Haji, Umrah dan ziarah pula: wajib ke atas semua golongan untuk sentiasa merujuk kepada ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah negara Arab Saudi. Hal ini bertitik-tolak daripada tanggungjawab mereka untuk menjaga orang yang melaksanakan Haji dan Umrah serta orang yang datang berziarah untuk kesihatan dan keselamatan mereka.
Kelima: Wajib di sisi syarak kepada semua pihak yang lain untuk menghulurkan bantuan kepada kementerian menguruskan hal ini dengan bantuan yang sepatutnya, bagi menghalang penyebaran dan menghapuskan wabak ini. Hal ini dengan tidak menyebarkan info-info yang tidak benar dan hanya menyebarkan maklumat rasmi daripada kementerian.
Keenam: Seruan kepada semua pihak dan individu untuk menghulurkan tangan bagi menolong dan membantu berdasarkan kepakaran masing-masing. Di samping itu, tidak memanipulasikan keadaan seperti ini dengan menaikkan harga barang keperluan terutamanya ubat-ubatan dan barang perubatan.
Ketujuh: Sandaran syarak bagi fatwa ini adalah berdasarkan kepada dalil-dalil daripada al-Quran, Sunnah Nabawiah, Ijma’ dan Qiyas.
KEMENTERIAN WAQAF DAN HAL EHWAL ISLAM KUWAIT [6]
Pada 12 Mac 2020, Kementerian Waqaf dan Hal Ehwal Islam Kuwait telah mengeluarkan keputusan untuk menangguhkan solat dan khutbah Jumaat disebabkan oleh wabak COVID-19 yang melanda negara itu. Hal ini dengan melihatkan bahawa perhimpunan beramai-ramai akan membawa risiko jangkitan kepada lebih ramai orang. Ia sebagai satu langkah proaktif, berjaga-jaga dan inisiatif daripada pihak pemerintah bagi menghalang wabak itu terus merebak di dalam negara.
Oleh kerana itu, maka gugurlah kewajipan solat Jumaat di negara ini, begitu juga dengan solat berjemaah, serta hendaklah diganti dengan solat Zohor. Disamping itu, orang ramai dihalang daripada memasuki masjid untuk melindungi mereka daripada dijangkiti wabak. Adapun berkaitan dengan azan, penambahan seruan “صَلّوا فِى رِحَالِكُم” adalah diharuskan berdasarkan kepada hadith yang diriwayatkan oleh Ibn Umar.
KEMENTERIAN HAL EHWAL AGAMA TUNISIA DAN MUFTI REPUBLIK TUNISIA, SYEIKH ‘UTHMAN BATTIKH [7]
Mufti Republik Tunisia, Syeikh ‘Uthman Battikh, telah mengeluarkan fatwa bagi menangguhkan solat berjemaah termasuklah solat Jumaat, pada 14 Mac 2020 bagi mengekang penyebaran wabak COVID-19. Beliau menegaskan tentang hukum agama yang menukilkan tentang kepentingan menjaga kesihatan dan melindungi diri daripada penyakit serta tidak mendedahkan diri kepada bahaya dengan sengaja.
MAJLIS ‘ILMI FIQHI, KEMENTERIAN WAQAF SYRIA DAN KESATUAN ULAMA’ SYAM [8]
Kementerian Waqaf Syria dan Kesatuan Ulama’ Syam telah mengeluarkan ketetapan untuk menangguhkan khutbah dan solat Jumaat serta solat berjemaah di masjid-masjid di dalam Syria. Penangguhan ini bermula 15 Mac sehingga 4 April 2020, dengan hanya dilaungkan azan sahaja bagi solat-solat fardhu. Begitu juga dengan aktivit-aktivti yang berkaitan dengannya seperti kuliah pengajian agama dan perhimpunan secara berkumpulan pada setiap masjid.
MAJLIS UGAMA ISLAM SINGAPURA (MUIS) [9]
Majlis Agama Islam Singapura memaklumkan penutupan masjid-masjid di Singapura secara sementara selama 5 hari bermula 13-27 Mac 2020 untuk langkah pembersihan bagi mencegah penularan wabak COVID-19. MUIS dalam kenyataan di laman web rasminya menyebutkan bahawa:
“Berdasarkan dalil-dalil serta prinsip agama di atas, Jawatankuasa Fatwa berpendapat bahawa pihak masjid bertanggungjawab untuk meminta serta melarang mana-mana jemaah yang mempunyai tanda-tanda sakit untuk tidak masuk ke kawasan masjid, sama ada untuk menunaikan solat ataupun melaksanakan urusan lain. Ini adalah kerana keberadaan mereka boleh menyebabkan jangkitan virus dan membawa kemudaratan kepada masjid dan masyarakat. Kemaslahatan umum para jemaah masjid perlu dijaga dan dipelihara.
Jawatankuasa Fatwa juga berpendapat bahawa sekiranya penularan virus COVID-19 semakin meluas dan kritikal yang memerlukan penutupan tempat-tempat awam, termasuk rumah-rumah ibadat seperti masjid, atau jika perlu dihadkan penyertaan ramai ke tempat-tempat awam seperti masjid, maka itu merupakan suatu situasi darurat. Untuk itu, Jawatankuasa Fatwa berpandangan bahawa penutupan masjid di dalam keadaan darurat sedemikian, ataupun penggantungan solat berjemaah serta solat Jumaat sepanjang tempoh penutupan tersebut, adalah diharuskan.”
Penutup
Berikut adalah fatwa-fatwa yang telah diputuskan oleh institusi fatwa antarabangsa berkaitan penangguhan solat Jumaat dan solat berjemaah di beberapa buah negara. Jika diperhatikan, dalil-dalil yang digunakan dalam mengeluarkan hukum tersebut berlegar pada beberapa poin tertentu.
Antaranya ialah kewajipan meraikan salah satu daripada Maqasid Syariah iaitu menjaga nyawa (hifz al-nafs). Haram seseorang itu sengaja membiarkan dirinya terdedah kepada bahaya dan kebinasaan dengan tidak mengambil langkah-langkah pencegahan yang telah ditetapkan. Hal ini bersandarkan kepada firman Allah SWT:
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
Maksudnya: Dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan.
(Surah al-Baqarah: 195)
Begitu juga, kaedah fiqh yang menyebutkan bahawa setiap tindakan pemerintah terhadap rakyatnya perlu didasari dengan kemaslahatan.
تصرّف الإمام منوط بالمصلحة
Maksudnya: Tindakan seorang ketua ke atas rakyat, berdasarkan kepada kemaslahatan. (Rujuk al-Asybah wa al-Nazair Lissuyuti, 121)
Ini kerana jika dibiarkan berlakunya perhimpunan beramai-ramai walaupun apa jua tujuan, maka ia sangat berisiko untuk membawa kepada kemudharatan dan kebinasaan, sedangkan prinsip Islam ialah menolak kemudharatan berdasarkan kaedah-kaedah fiqh:
لا ضرر ولا ضرار
Maksudnya: Tidak boleh mudarat dan tidak boleh memudaratkan.
Hadith riwayat Ibn Majah: (2341)
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
Maksudnya: Menolak kemudaratan itu lebih utama daripada mendapatkan maslahah.
Oleh yang demikian, setiap arahan dan ketetapan daripada pemerintah adalah wajib dipatuhi dan ditaati, berdasarkan firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Maksudnya: Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada “Ulil-Amri” (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) RasulNya – jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula kesudahannya.
(Surah al-Nisa’: 59)
Ini merupakan langkah pencegahan yang disebutkan oleh Rasulullah SAW berkaitan dengan penyakit yang berjangkit. Dalam satu hadith yang diriwayatkan oleh Usamah Ibn Zaid RA, bahawa Rasulullah SAW bersabda:
إذا سمعتم بالطاعون بأرض فلا تدخلوها، وإذا وقع بأرض وأنتم بها فلا تخرجوا منها
Maksudnya: Apabila kamu mendengar tentang wabak Ta’un di sesuatu tempat, maka janganlah kamu pergi ke situ. Dan apabila ia berlaku di tempat kamu, maka janganlah kamu keluar lari daripadanya.
Hadis riwayat Muslim: (2219)
Jika dilihat daripada sudut sejarah, langkah ini juga yang telah diambil oleh sahabt Nabi SAW untuk mengekang penyakit berjangkit daripada terus merebak. Apabila berlakunya penyakit yang berjangkit iaitu Ta’un di kota Amawas, Saidina ‘Amr al-‘As mengasingkan dan membawa golongan yang menghidap penyakit ke kawasan bukit-bukau dengan dipisahkan dari masyarakat yang sihat sehingga dapat menyelesaikan kemelut wabak tersebut. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ibn Athir dalam kitabnya, al-Kamil fi al-Tarikh:
أنَّ عمرو بن العاص رضي الله عنه، خرج بالناس عندما أصابهم طاعون عمواس إلى الجبال، حتى رفعه الله عنهم، وأن فعله هذا بلغ عمر بن الخطاب رضي الله عنه فلم ينكره
Maksudnya: Bahawasanya Saidina ‘Amr Ibn al-’As telah keluar bersama sekelompok manusia yang dihidapi penyakit Ta’un di Amawas ke kawasan bukit-bukau, sehinggalah Allah SWT mengangkat penyakit tersebut daripada mereka. Apa yang telah dilakukan oleh Saidina ‘Amr al-‘As telah sampai ke pengetahuan khilafah pada ketika itu, Saidina Umar al-Khattab RA, dan beliau tidak mengingkarinya. (Rujuk al-Kamil fi al-Tarikh Li Ibn al-Athir, 2:377)
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahawa Nabi SAW bersabda:
وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ
Maksudnya: Larilah daripada penyakit berjangkit seperti mana kamu lari daripada singa.
Hadith riwayat al-Bukhari: (5707)
Di dalam hadith yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
Maksudnya: Yang sakit janganlah mendatangi yang sihat.
Hadis riwayat Bukhari (5771) dan Muslim (2221)
Kami berharap bahawa ia dapat dijadikan panduan dan rujukan buat masyarakat khususnya para ilmuan, untuk mengkaji kaedah pendalilan dan penghujahan yang digunakan oleh institusi-institusi fatwa antarabangsa dalam mengeluarkan hukum ini.
Dalam situasi sebegini, kita berikhtiar mengambil kaedah mencegah lebih baik daripada merawat, seperti pepatah Arab ada menyebutkan:
الوقاية خير من العلاج
Maksudnya: Mencegah itu lebih baik daripada mengubati.
Hendaklah kita mengambil kesempatan ini untuk mendirikan solat berjemaah di rumah bersama ahli keluarga supaya dapat membina institusi kekeluargaan dengan lebih kuat dan utuh. Hal ini seperti menyampaikan beberapa pesanan seusai solat atau membaca kitab-kitab agama yang ringkas sebagai mengisi pembelajaran agama di rumah.
Akhir kalam, marilah sama-sama kita menginsafi dan beristighfar kepada Allah SWT, serta tetap mendirikan solat dan sabar. Marilah juga bersama kita berdoa agar Allah SWT menyelamatkan negara kita supaya dapat keluar daripada kemelut wabak yang berbahaya ini dengan sihat, selamat dan sejahtera.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Maksudnya: Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya, tidak ada satu pun yang dapat memberi kemudharatan di bumi mahupun di langit, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
WaAllahu a’lam
——————-
NOTA HUJUNG
[1] KKM – KENYATAAN AKHBAR KPK – COVID19 – 11 Mac 2020

[2] Rujuk: https://bit.ly/2w3iutK

[3] Rujuk: https://bit.ly/2QjKWOC

[4] Rujuk: http://www.iumsonline.org/ar/ContentDetails.aspx?ID=11084

[5] Rujuk: http://binbayyah.net/arabic/archives/4505

[6] Rujuk: http://site.islam.gov.kw/Pages/ar/NewsDetails.aspx?newsId=3023

[7] Rujuk: https://tinyurl.com/vtgo86c

[8] Rujuk: https://bit.ly/3d2ClJZ

[9] Rujuk: https://www.muis.gov.sg/officeofthemufti/Irsyad/Part-1—Advisory-on-Managing-COVID–19